Sabtu, 16 September 2017

Adab Menguap dan Bersin Dalam Islam

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shalallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan benci terhadap menguap maka apabila ia bersin hendaklah ia memuji Allah (dengan mengucap 'Alhamdulillah'). Dan merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang mendengar untuk mendoakannya. Adapun menguap maka ia berasal dari syaitan, hendaklah setiap Muslim berusaha untuk menahannya sebisa mungkin, dan apabila mengeluarkan suara 'ha' maka saat itu syaitan menertawakannya."
(HR. Bukhari, Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ahmad)

Ada beberapa adab yang berkaitan dengan menguap dan bersin yang diatur di dalam Islam.

angop


Menguap
  •  Menahan  menguap sebisa mungkin saat shalat
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shalallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Menguap dalam shalat adalah dari syaitan. Apabila salah seorang diantara kalian menguap hendaklah ia menahannya sedapat mungkin." 
(HR. at-Tirmidzi)

Sebisa mungkin menahan menguap, bila tidak bisa menahan mulut untuk tetap tertutup maka tutuplah mulut dengan tangan, bukan malah melebarkan mulut selebar-lebarnya, apalagi disertai suara.

Dari Abu Said radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shalallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Jika salah seorang diantara kalian menguap maka hendaklah ia menutup mulut dengan tangannya, karena syaitan masuk (ke dalam mulut yang terbuka)."
(HR. Muslim)
  • Tidak perlu berta'awudz
Sesungguhnya tidak pernah disunnahkan oleh Rasulullah Shalallahu 'alayhi wa sallam untuk berta'awudz saat menguap. Tidak ada dalil yang menguatkannya.

Diriwayatkan oleh ibunda 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, Rasulullah Shalallahu 'alayhi wassallam bersabda, "Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan termasuk dari ajaran agama kami maka amalannya tersebut akan tertolak."
(HR. Muslim)

adab bersin dalam islam


Bersin
  • Merendahkan suara saat bersin
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, "Adalah Nabi jika bersin maka beliau menutup wajahnya dengan tangan atau bajunya sambil merendahkan suaranya."
(HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Al-Baghawi, dan Al-Hakim)
  • Ucapan (Do'a) saat bersin
-- Hamdalah (Alhamdulillah)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shalallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan benci terhadap menguap maka apabila ia bersin hendaklah ia memuji Allah (dengan mengucap 'Alhamdulillah'). Dan merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang mendengar untuk mendoakannya. ...."
(HR. Bukhari, Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ahmad)

-- Hamdalah secara lengkap (Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin)

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shalallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Jika seseorang di antara kalian bersin maka hendaklah ia membaca: 'Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin' (segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam). Dan bagi yang mendengarnya hendaklah menjawab dengan: 'Yarhamukallaah' (semoga Allah memberikan rahmat bagimu). Lalu yang bersin mendoakan orang yang telah mendoakannya: 'yaghfirullaahu lakum' (semoga Allah mengampuni kalian)."
(HR. Bukhari, An Nasa'i, dan Ibnus Sunni. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani)

-- Alhamdulillah 'alaa kulli haal

Dari 'Ali radhiyallahu 'anhu, Nabi Shalallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Jika seseorang diantara kalian bersin maka hendaklah ia membaca 'Alhamdulillah 'alaa kulli haal' (segala puji bagi Allah atas segala keadaan). Dan bagi yang mendengarnya hendaklah menjawab: 'Yarhamukallaah' (semoga Allah merahmatimu). Lalu yang bersin membalasnya: 'Yahdikumullaah wa yushlihu baalakum' (semoga Allah memberi petunjuk bagi kamu sekalian dan memperbaiki keadaanmu)."
(HR. Ahmad, Ad-Darimi, At-Tirmidzi, Al-Hakim)

--Alhamdulillahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi mubaarakan 'alayhi kamaa yuhibbu rabbunaa wa yardhaa

Diriwayatkan oleh Mu'adz Ibnu Rifa'ah Ibnu Rafii', dari bapaknya, ia berkata: "Aku pernah shalat dibelakang Nabi, dan ketika itu Rifa'ah (aku) bersin - Qutaibah (salah satu perawi hadits) tidak menyebutkan 'Rifa'ah' - maka aku mengucapkan: 'Alhamdulillahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi mubaarakan 'alayhi kamaa yuhibbu rabbunaa wa yardhaa' (segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak lagi penuh berkah dan diberkahi, sebagaimana yang dicintai dan diridhai oleh Rabb kami). Ketika Rasulullah usai menunaikan shalat, beliau segera berpaling dan bertanya: 'Siapa yang mengucapkan tadi.' Maka seseorang (Rifa'ah) menjawab: 'Aku wahai Rasulullah.' Maka beliau bersabda: ' Aku telah melihat tiga puluh tiga lebih malaikat saling bergegas, siapakah di antara mereka yang paling dahulu menulis amal kebaikan itu.'"
(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Al-Baihaqi, Al-Hakim, At-Thabrani)


  • Bertasymit (mendo'akan yang bersin)
Dari Ibnu Mas'ud bahwa Nabi Shalallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Empat hal yang harus dilakukan seorang Muslim terhadap Muslim lainnya, yaitu menjenguknya ketika sakit, menghadirinya tatkala meninggal dunia, memenuhi undangannya, dan mendo'akannya ketika bersin."
(HR. Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Hibban, di shahihkan oleh Al-Albani)

Meski tasymit wajib dilakukan kaum Muslimin, namun ada pula orang-orang yang tidak perlu mendapat tasymit. Yakni:
  1. Orang yang bersin tidak mengucap hamdalah
  2. Orang bersin lebih dari tiga kali
  3. Orang bersin saat khatib tengah berkhutbah jum'at
  4. Orang bersin saat shalat
  5. Orang bersin di dalam toilet
  6. Tidak bertasymit pada orang kafir
Mengapa Muslim tidak boleh bertasymit pada orang kafir? Sebab, terlarang bagi kita kaum Muslim untuk memohonkan rahmat bagi orang kafir. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta'ala:  

"Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam."
surah At-Taubah [9] ayat 113.


Penulis: Elly Muzdalifah/ Aulia/ No. 10/ Tahun X/ Jumadil Awal 1434H/ April 2013
Gambar diambil dari berbagai sumber melalui google.com
Diringkas dengan tidak mengubah isi / kandungan tulisan


Semoga bermanfaat bagi kita semua.


Best Regards,

Orriezza

Minggu, 10 September 2017

Obat Segala Masalah

taubat obat segala masalah


Dari Abu Qatadah dan Abu Dahma' keduanya berkata, "Kami mendatangi seorang lelaki Badui lalu bertanya,'Apakah engkau mendengar sesuatu dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi was Salam?' Lelaki Itu berkata, "Ya, aku mendengar beliau bersabda, "Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik."
(Riwayat Ahmad. Syaikh Syu'aib al-Arnauth mengatakan bahwa sanad Hadits ini shahih)

Hadits diatas , Rasullah Shalallahu 'Alaihi was Salam memotivasi kita untuk bertaubat. Tidak sepantasnya seseorang menunda taubat karena pertimbangan duniawi, sebab Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan jaminan. Jika seorang bertaubat lalu berakibat hilangnya nikmat dunia, Allah pasti akan menggantinya dengan yang lebih baik. Pengganti tak selalu berwujud duniawi, terkadang juga ukhrawi, dan pengganti paling istimewa di dunia adalah meraih cinta dan keridhaan-Nya.

Ibnul Qayyim berkata, "Perkataan siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah adalah haq. Penggantinya bisa beragam, tapi pengganti yang paling baik adalah dekat kepada Allah dan mencintai-Nya, tentram dan semangatnya hati karena-Nya, serta gembira dan ridha terhadap Rabbnya." (al-Fawaid)

Adapun bersifat ukhrawi tentu jauh lebih dahsyat. Nikmat yang dijanjikan tidak dapat dibandingkan dengan dunia. Assindi berkata, "Satu dzarrah dari akhirat itu lebih baik daripada dunia dan seisinya." (Hasyiah Ibnu Majah, 1/356).

Para Salafushalih seringkali khawatir, jika penggantinya hanya di dunia, sedangkan puncak harapannya adalah akhirat. Imam Bukhari meriwayatkan, suatu hari dihidangkan makanan kepada Abdurrahman bin Auf, lalu ia berkata, "Mus'ab dibunuh dan ia lebih baik dariku tapi tidak didapakan kain untuk mengkafaninya kecuali burdah. Hamzah terbunuh dan ia lebih baik dariku tapi tidak ada kain untik mengkafaninya. Sungguh aku khawatir aku telah dipercepat kebaikan berupa duniawi." kemudian beliau menangis.

Seorang zuhud ditanya siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan menggantinya, engkau telah meninggalkan dunia lalu dengan apa Allah menggantinya?, ia menjawab, "Dengan keridhaan-Nya terhadap apa yang aku berada di atasnya." (Sifatush-Shafwah: 2/397).  Inilah refleksi keimanan yang kuat, iman seperti inilah yang memiliki daya tahan kuat dalam menghadapi fitnah.

tentang sempurnanya pemberian rezeki dan ajal


Rasulullah Shalallahu 'Alaihi was Salam bersabda, "Malaikat Jibril membisikiku bahwa setiap jiwa tidak akan meninggalkan dunia hingga ia telah menyempurnakan ajalnya dan mengambil rezekinya. Maka perbaikilah dalam mencari nafkah, dan janganlah sampai terlambatnya rezeki membuatmu mencarinya dengan jalan maksiat, karena sesungguhnya tidaklah diperoleh apa yang ada di sisi Allah kecuali dengan mentaatinya."
(Riwayat ath-Thabrani dan di shahih-kan oleh Albani)

Masalah adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup manusia. Islam mengajarkan adanya hukum sebab akibat antara masalah dengan dosa. Dalam beberapa kitab Hadits, ada bab tentang al-uqubat. Di dalamnya disebutkan beberapa hukuman dari Allah Subhanahu wa Ta'ala turunkan akibat dosa yang diperbuat. Langkah yang patut diambil dalam menyelesaikan masalah adalah dengan usaha dan ikhtiar yang telah diresepkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Salah satunya adalah dengan taubat. Dengan taubat maka nilai-nilai keimanan akan menjadi tumbuh dan berkembang, jika keimanan menjadi dominan maka pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mudah didapatkan. Jika Allah telah terlibat, maka masalah apapun pasti ada solusinya.


Penulis : Ahmad Rifa'i/ Suara Hidayatullah/ Edisi II/ XXVIII/ Maret 2017/ Jumadil Tsani 1438
Gambar : diambil dari berbagai sumber melalui google.com
Diringkas dengan tidak mengubah isi / kandungan tulisan


Semoga bermanfaat untuk kita semua.


Best Regards,


Orriezza


Sabtu, 09 September 2017

Tidak Berguna? Jangan Dikerjakan!

Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah Shalallahu 'Alaihi was Salam bersabda, "Di antara tanda bagusnya ke islaman seseorang adalah dia meninggalkan apa-apa yang tidak berguna baginya."
(Riwayat At-Tirmidzy, dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nasiruddin al-Albani)

Hadits diatas merupakan petunjuk bagi orang beriman dalam beraktivitas karena mengandung ajaran yang begitu penting untuk diamalkan dalam kehidupan. Sebagaimana perkataan Ibnu Rajab "Hadits ini merupakan salah satu di antara kaidah-kaidah adab (tata krama) yang agung (dalam islam)" (Jami' al Ulum wa al-Hikam).

jangan membuang waktu sia-sia
Waktu yang terbuang tidak bisa kembali

Menyibukkan diri dengan perkara yang baik dan meninggalkan semua perkara yang tak bermakna bukanlah perkara mudah. Jiwa harus disibukkan dengan kebaikan dan lebih banyak bergaul dengan orang-orang yang saleh untuk menjaga iman. Imam Syafi'i menasehatkan, "Jika anda tidak menyibukkan diri dengan kebaikan, maka ia akan menyibukkan anda dengan kebathilan". 

Membuang-buang waktu untuk perkara sia-sia juga merupakan perkara yang dibenci oleh para salafusaleh. Bagi mereka, waktu merupakan karunia berharga yang tidak boleh hampa dari amal ketaatan. Umar bin Al-Khaththab berkata, "Sesungguhnya saya benci kepada orang yang berjalan sia-sia, yaitu tidak karena urusan dunia dan tidak pula akhirat" (Bayan Fadli Ilmis Salaf).

jaga lisan
salah omong


Salah satu perkara tak bermakna yang harus kita jauhi adalah mengucapkan perkataan sia-sia. Tiada ucapan yang terucap dari lidah, kecuali ada malaikat yang mencatatnya.

"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."
(Qaf [50]: 18)

Ketika lidah tak terkendali bisa mendatangkan keburukan bagi diri sendiri dan orang lain. Dalam kehidupan ini, tak sedikit manusia menjadi terhina lantaran berbicara serampangan, dibenci manusia lain lantaran ucapannya yang tak terkendali, kehilangan kepercayaan atas orang lain lantaran ucapannya yang sering berdusta, dua orang bisa saling membunuh akibat ucapan yang mengandung hasutan.

muslim yang baik menjaga lisan
berkata baik atau diam


Dampak buruk dari lidah yang tak terjaga tak hanya di dunia saja, tapi juga di akhirat. Muadz bin Jabal pernah bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi was Salam,

"Wahai Nabi Allah Shalallahu 'Alaihi was Salam, apakah kita akan dihukum dengan apa yang kita ucapkan?" Nabi menjawab, "Ibumu telah kehilangan kamu (hai Muadz), tidaklah manusia akan ditelungkupkan dalam api neraka di atas wajah-wajah mereka (atau diatas hidung-hidung mereka) melainkan karena buah hasil perkataan lidah-lidah mereka."
(Riwayat Tirmidzi no. 2616, Ibnu Majah no. 3973 dan Imam Ahmad (V/231, 236 dan 237)

Sebelum berucap, orang beriman harus menimbang terlebih dahulu. Jika membawa kebaikan maka tidak mengapa bila diucapkan, namun bila lebih banyak madharatnya, maka harus ditahan. Bila ditimbang antara mengucapkan dan tidak mengucapkan mengandung manfaat dan madharat yang sama, maka lebih baik ditahan atau diam. Imam Nawawi berkata, "Dan ketahuilah bahwa sepatutnya setiap mukallaf menjaga lidahnya dalam bertutur kata kecuali perkataan yang membawa maslahat. Dan jika antara mengucapkan dan tidak mengucapkan itu berimbang dalam kemaslahatannya, maka disunahkan untuk menahan diri (diam). Karena perkataan mubah terkadang dapat menyeret kepada yang haram atau makruh. Dan hal ini biasanya banyak terjadi, sementara sangat kecil untuk selamat darinya." (Mukhtashar Muslim).

menjauhi kesia-siaan
Jadilah Muslim produktif


Dalam hidup ini, kesuksesan atau kegagalan, kemuliaan atau kehinaan yang akan dialami seseorang sangat tergantung kepada bagaimana ia memanfaatkan waktu yang ada. Kita patut mengambil pelajaran dari kehidupan Luqman al-Hakim, yang karena kebijaksanaannya, namanya harum dan diabadikan dalam suatu surat dari al-Qur'an, dan yang menyebabkan beliau mencapai kemuliaan seperti itu adalah karena beliau meninggalkan perkara yang tak bermakna. Imam Malik menyebutkan bahwa sampai kepadanya keterangan bahwa seseorang berkata kepada Luqman, "Apa yang menjadikan engkau mencapai derajat seperti yang kami saksikan sekarang?" Jawabnya, "Berkata benar, menunaikan amanah dan meninggalkan apa saja yang tidak berguna bagi diriku." (Ibnu Daqiq al-'Ied, Sarah  Arbain Hadatsan An NAwawiyah, hal. 73).


Penulis : Masrokan, Suara Hidayatullah Edisi 9/ XXIV/ Januari 2012/ Shafar
Gambar : diambil dari berbagai sumber melalui google.com
Diringkas dengan tidak mengurangi isi / kandungan tulisan.


Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Best Regards,


Orriezza

Jumat, 01 September 2017

SELEKSI MANUSIA

allah menyeleksi manusia
seleksi manusia


"Bagaimana Keadaan kalian dengan zaman yang hampir tiba, disaat manusia dipisah dan dipilah-pilah, lalu yang tersisa hanyalah orang-orang yang hina di antara manusia? Mereka telah merusak dan mencampur aduk amanat dan perjanjian, yang membuat mereka saling berselisih, dan beginilah keadaan mereka" Beliau menjalin jari jarinya. Mereka bertanya, "Bagaimana keadaan kami, wahai Rasulullah, jika keadaannya seperti itu?" Beliau menjawab, "Peganglah dengan erat apa yang kalian ketahui dan tinggalkan apa yang kalian ingkari, terimalah dari orang-orang tertentu kalian dan tinggalkanlah urusan orang awam kalian."
(Riwayat Ibnu Majah)

Di antara tanda-tanda datangnya hari kiamat adalah munculnya fitnah besar yang bercampur antara kebenaran dan kebatilan. Dampaknya, iman menjadi goyah sehingga seseorang beriman pada pagi hari dan menjadi kafir pada sore hari, beriman pada sore hari menjadi kafir pada pagi hari.Rasulullah Shalallahu 'Alaihi was Salam mengingatkan umatnya agar berlindung dari fitnah tersebut. dan tidak ada yang bisa melindungi kecuali keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Nabi Shalallahu 'Alaihi was Salam bersabda,

"Mohonlah perlindungan kepada Allah dari segala fitnah, yang nampak darinya dan yang tersembunyi."
(Riwayat Muslim)

Para ulama menjelaskan bahawa Hadits diatas sebagai isyarat akan datangnya saringan atau seleksi Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap hamba-hamba-Nya. 

"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan."
(Ali 'Imran [3]: 186)

Menurut Syaikh 'Abdurrahman as-Sa'di, dalam Taisirul Karimir-Rahman fi Tafsir Kalamil-Mannan, ayat ini (diatas) menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menguji kaum Mukminin dengan harta melalui perintah untuk mengeluarkan sadaqah wajib dan sunah serta untuk berjuang di jalan-Nya. Mereka juga diuji dengan datangnya musuh atau orang-orang dzalim yang akan menghancurkan mereka sampai tidak ada jalan lain kecuali berjihad demi menjaga keimanan. Tidak ada jalan lain bagi orang beriman kecuali menjaga ketaqwaan dalam kesabaran dengan niat mengharap wajah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Tidak ada yang diberi taufik untuk dapat melakukan ini kecuali orang-orang yang memiliki tekad kuat dan semangat tinggi. 

keimanan manusia akan diuji oleh Allah


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, 

"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar."
(Fushshilat [41]: 35)

Ujian adalah sunnah kauniyah atau ketetapan Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi setiap Muslim. Allah berfirman:

"Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain."
(Muhammad [47]: 4)

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi was Salam pun bersabda,

"Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya, maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya"
(Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah)

beberapa tanda datangnya hari kiamat
tanda-tanda kiamat


Menjelang Kiamat, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mencabut nyawa-nyawa orang-orang beriman yang tersisa hanyalah orang-orang buruk dan tidak ada kebaikan dalam dirinya. Dari 'Abdullah bin 'Amr RA, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi was Salam bersabda,

"Tidak akan tiba hari Kiamat hingga Allah mengambil orang-orang baik dari penduduk bumi, sehingga yang tersisa hanyalah orang-orang yang buruk, mereka tidak mengetahui yang baik dan tidak mengingkari yang munkar"
(Riwayat Ahmad, sanad shahih menurut Ahmad Syakir)


Setelah orang-orang baik (shalih) meninggal, manusia mengangkat orang-orang buruk sebagai pemimpin. Sebagian ulama mengatakan, fenomena itu telah terjadi di zaman ini, kebanyakan pemimpin masyarakat adalah orang yang rendah keshalihan dan keilmuannya. Sesuai dengan hadits Nabi Shalallahu 'Alaihi was Salam,

"Sesungguhnya akan datang pada manusia tahun-tahun penuh dengan tipuan, seorang pembohong dibenarkan dan seorang jujur dianggap berbohong, seorang pengkhianat dipercaya dan seseorang yang dipercaya dianggap khianat, dan saat itu Ruwaibidhah akan berbicara." 
Ditanyakan kepada beliau, "Siapakah Ruwaibidhah itu?" Beliau menjawab,
"Ia adalah orang bodoh yang berbicara tentang urusan orang banyak (umat)."
(Musnad Imam Ahmad)

Semestinya orang-orang yang beragama dan bertaqwalah yang lebih diutamakan dalam menanggung urusan masyarakat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

"...... Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. ....."
(Al-Hujurat [49]: 13).


Semoga bermanfaat untuk kita semua.



Best Regards,


Orriezza

Penulis asli Bahrul Ulum/ Suara Hidayatullah
Majalah Suara Hidayatullah Edisi 3/ XXIX/ Juli 2017/ Syawal 1438 H
Diringkas dengan tidak mengurangi / mengubah isi / kandungan tulisan by Orriezza

Gambar diambil dari berbagai sumber melalui google.com